Jumat, 08 Juni 2012

Faktor Penentu Harga Batik: Sebuah Catatan by Ndalem Batik Purwomartan


Harga kain batik yang tersedia di pasaran sangat bervariasi. Dari harga yang rasanya sulit dipercaya karena begitu rendahnya (sekitar Rp.20.000) atau bahkan karena begitu tingginya (jutaan rupiah). Pembeli batik secara online kadang menggunakan berbagai macam senjata untuk mempertanyakan harga batik yang ditetapkan penjual. Ada banyak factor yang dapat menentukan harga sehelai kain batik.

Faktor dominan penentu harga batik adalah:
  1. Jenis kain.
Jenis kain yang biasa digunakan untuk membuat batik sangat beragam. Yang biasa dan umum dipasarkan serta digunakan masyarakat Indonesia, karena iklimnya, adalah kain katun. Kain katun pun sangat bervariasi kualitasnya, mulai dari yang tipis, tebal, lembut, halus, kasar, atau kaku. Variasi tersebut juga menentukan harga batik yang dibuat dari kain katun. Selain katun, jenis kain lainnya adalah polyester, serat, atau sutera. Batik dari bahan sutera dikenal berharga tinggi.
2. Cara pembuatan.
Kain batik dapat dibuat setidaknya dengan tiga cara. Pertama, kain batik dibuat dengan cara tradisional yaitu ditulis. Kain batik tulis biasanya dihargai mahal di pasar karena prosesnya yang unik, memakan waktu yang lama, dan hasilnya yang customized, dalam artian hanya satu corak atau motif yang dibuat pada saat yang sama. Kedua, kain batik dibuat dengan cara cap. Dan ketiga dengan cara print. Kedua cara terakhir menghasilkan batik yang lebih “pasaran” karena diproduksi dengan cara yang masal. Perbedaan antara kain batik cap dan print adalah pada pelibatan komponen malam dalam pembuatannya. Kain batik cap dalam pembuatannya masih menggunakan malam seperti pada batik tulis, sedangkan kain batik print tidak.
3. Ketersediaan di pasar
Ketersediaan batik di pasar berhubungan juga dengan factor cara pembuatan. Seperti disampaikan di atas, pembuatan dengan cara tulis membuat ketersediaan batik dengan corak atau motif tertentu menjadi sedikit. Dengan demikian harga batik tersebut biasanya cenderung mahal. Ketersediaan batik di pasar juga ditentukan oleh banyak sedikitnya perajin batik yang memproduksi motif atau corak tertentu Batik Lasem, misalnya, yang dibuat di daerah Lasem-Rembang termasuk corak batik pesisiran yang cukup langka dikarenakan masih sedikitnya perajin batik di sana. Begitu pula dengan Batik Madura.

Sedangkan faktor-faktor non-dominan penentu harga batik adalah:
  1. Panjang kain
Panjang kain batik bervariasi, dari 1,8m, 2m, 2,1m, 2,5m, atau lebih. Semakin panjang tentu saja semakin mahal harga batik tersebut.
2. Umur kain batik
Sekarang ini sedang trend mengkoleksi batik yang sudah cenderung berumur. Disamping nilai kenangan, batik berumur biasanya menjadi lebih bernilai karena orisinalitas pembuatan pada jaman dulu, atau memiliki nilai sejarah. Nilai sejarah yang dimaksud adalah pembuat/pelukisnya yang merupakan orang terkenal misalnya, atau tempat pembuatan batik yang kini sudah tidak ada. Bukan rahasia lagi sekarang beberapa tempat pembuatan batik tradisional sudah menghilang, entah karena tidak ada yang mewariskan, ataupun kalah bersaing dengan industry batik yang sudah lebih modern. Sebagai contoh, kawasan Karangkajen di daerah Yogyakarta bagian selatan dulu terkenal sebagai sentra batik, namun sekarang semuanya hilang tak berbekas.
3. Dimana batik dijual
Dimana batik dijual juga dapat menjadi factor penentu harga batik. Batik dengan kualitas kain yang sama, tipe pembuatan yang sama, panjang kain yang sama, bisa jadi jauh lebih mahal ketika dibeli di pertokoan kelas atas. Sebagai contoh harga batik di pusat batik Sarinah Thamrin rata-rata jauh lebih mahal dibanding di Tanah Abang misalnya atau di tempat asal batik di Yogyakarta atau Pekalongan. Padahal, kualitas dan segala sesuatunya relative sama. Bagaimana dengan batik yang dijual secara online? Penjual batik secara online pun bervariasi dalam mematok harga. Banyak sekali penjual batik online mematok harga sangat tinggi untuk kualitas batik standar, dengan harapan adanya informasi asimetris yang membuat calon pembeli yang miskin informasi langsung percaya dan membeli batik yang overpriced tersebut. Ada juga penjual batik yang mematok harga tinggi untuk menyasar pembeli dari luar kota asal (atau luar daerah/luar pulau) yang bersedia membeli dengan harga tinggi karena ketersediaan batik disana yang cukup langka dan opportunity cost yang tinggi bila mereka harus membeli langsung di kota asal batik. Namun ada pula penjual batik online yang mematok harga secara fair. Fair yang dimaksud adalah dengan kualitas batik yang sedemikian, penjual tidak mengambil margin yang cukup tinggi sehingga harga jualnya masih sebanding dengan kualitas barang yang dijual.

Bagaimana dengan Anda selama ini? Kira-kira apa yang menentukan harga batik yang pernah Anda beli selama ini? Apakah Anda merasa harga batik yang Anda beli tersebut fair?

Tidak ada komentar: